iklan space 728x90px

Citah (Cheetah), Satwa Darat Tercepat di Dunia

Citah (Cheetah) termasuk ke dalam kelompok kucing besar. Dalam bahasa Sanskerta disebut chitraka, artinya "berbintik". Penamaan dalam bahasa Sanskerta ini sesuai dengan citah yang tubuhnya memiliki ciri khas totol-totol hitam. Nama ilmiah dari citah ini adalah Acinonyx jubatus.

Citah yang tempat hidupnya berada di padang rumput Afrika, di antara satwa darat lainnya merupakan yang tercepat dalam berlari. Tak heran, citah dikenal sebagai "pelari" yang ulung. Dari berbagai sumber, dikatakan citah ketika berlari kecepatannya bisa mencapai 112 km/jam.

Kemampuan satwa ini dalam berlari cepat didukung oleh kakinya yang panjang dan tubuhnya yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan anggota kelompok kucing besar lainnya seperti harimau, macan tutul dan jaguar. Ekor dari citah memiliki fungsi seperti kemudi ketika mencari hewan yang menjadi makanannya, contohnya kelinci dan rusa.

Tidak seperti singa dan macan tutul yang mencari buruannya pada larut malam, citah biasa berburu di siang hari. Kondisi ini disebabkan kemampuan citah untuk melihat saat malam hari kurang baik. Citah memiliki tanda hitam di bawah matanya. Tanda hitam ini berguna untuk mengurangi silau sinar matahari sehingga sangat membantu saat berburu binatang yang menjadi makanannya.

Kecepatannya dalam berlari menjadi andalannya dalam memburu hewan buruannya. Citah dapat melihat binatang yang akan diburunya dalam jarak 5 km. Jadi tidak seperti harimau atau singa yang mencari hewan buruannya dengan cara mengendap-endap.

Kemampuan dalam berlari cepat ini sekaligus menjadi kelemahan citah. Banyak energi yang dihabiskan citah untuk berlari cepat sehingga satwa ini hanya memiliki waktu sekitar satu menit untuk mengejar buruannya sebelum kehabisan tenaga. Setelah itu, citah akan beristirahat untuk mengembalikan kondisi tubuhnya.

Berbeda dengan singa dan harimau yang suka mengaum, citah tidak mengeluarkan suara seperti itu. Citah hanya menggeram ketika sedang dalam bahaya. Geraman itu akan berubah menjadi lolongan ketika situasi semakin membahayakannya. 

Follow Warta Iptek di Google News