iklan space 728x90px

Louis Braille, Si Buta Penemu Huruf Braille Bikin Penyandang Tunanetra Mampu Menulis dan Membaca


WartaIptek.com - Cikal bakal huruf Braille pertama kali berawal dari prajurit Prancis bernama Charles Barbier. Barbier yang merupakan pasukan Napoleon Bonaparte yang menciptakan sistem penulisan unik untuk kepentingan perang. Ketika itu, banyak prajurit kurir yang mati ketika mengirim pesan karena masih menggunakan penerangan.

Dikutip dari situs Brailleworks, berangkat dari misi penyelamatan kurir tadi, Barbier menciptakan sistem penulisan unik awal 1800. Sistem penulisan itu dinamakan "tulisan malam'' yang digunakan para pasukan untuk berkomunikasi di malam hari tanpa penerangan. Oleh karena itulah, sistem penulisan itu tidak memerlukan penglihatan.

Tulisan yang juga dikenal sebagai sonografi Barbier ini menggunakan tabel yang terdiri atas dua belas sel. Setiap sel terdiri atas enam lubang berjajar. Sistem penulisan Barbier ini adalah kombinasi titik timbul yang dibuat berdasarkan letak lubang dalam sel.

Berbeda dengan sistem penulisan roman yang ditulis serta dibaca dari kiri ke kanan, sistem penulisan Barbier dibaca dari kiri ke kanan, tetapi ditulis dari kanan ke kiri. Sebab, titik timbul yang dihasilkan pada tekstur kertas baru dapat dirasakan ujung jari jika kertas dibalik lebih dulu.

Pada 4 Januari 1809, lahir Louis Braille di Coupvray, Prancis. Louis senang bermain di bengkel sepatu milik ayahnya, Simon Rene Braille dan ibunya, Monique.

Pada usia 4 tahun, ia mengalami kecelakaan sewaktu alat pelubang kulit berbahan logam secara tak sengaja melukai sebelah matanya. Upaya pengobatan tidak berhasil. Infeksi di sebelah matanya terus menjalar hingga menyebabkan kebutaan total pada kedua matanya.

Sejak mengalami kebutaan total, Louis didaftarkan di sebuah sekolah khusus penyandang tunanetra di Paris. Louis yang cerdas mendapat mentor bernama Kapten Charles Barbier, yang mengajarinya berkomunikasi secara efektif melalui metode "tulisan malam" tadi.

Lewat berbagai modifikasi, Louis berhasil menemukan huruf Braille yang pada akhirnya banyak diajarkan kepada penyandang tunanetra di seluruh dunia. Dia mengembangkan sonografi Barbier menjadi tulisan untuk tunanetra secara lebih terstruktur, dengan cara mengurangi setengah jumlah sel pada tabel Barbier menjadi enam sel saja.

Alasannya, karena jari lebih cocok menggunakan titik kombinasi enam sel. Sel yang banyak memang bisa menghasilkan kombinasi huruf yang lebih beragam. Akan tetapi, terlalu banyak sel akan membuat jari tak lagi sensitif terhadap titik. 

Sistem penulisan Braille ini pada akhirnya dapat membantu tunanetra menulis dan membaca lebih cepat. Beratus tahun kemudian, sistem penulisan tersebut menjadi cara berkomunikasi. Bahkan, menjadi cara membaca atau menulis satu-satunya bagi tunanetra sebelum akhirnya dunia memasuki era digital.

Pada 1834, Louis mulai mengajar di Institusi Kerajaan Prancis. Lima tahun kemudian, ia dipercaya sebagai organis di Gereja St. Nicolas des Champs dan Gereja St Vincent de Paul.

Dunia akhirnya harus kehilangan Louis Braille yang meninggal dunia pada 6 Januari 1852 di usia 43 tahun dan setiap tanggal 4 Januari diperingati sebagai Hari Braille Sedunia. [Endah Asih / Maman Soleman / PRM / 06042019]

Follow Warta Iptek di Google News