Chester F. Carlson, Anak Tukang Cukur Penemu Mesin Fotokopi
WartaIPTEK.com - Bagaimana
jadinya bila tidak ada mesin fotokopi? Para pelajar dan mahasiswa tentu harus
selalu membeli buku cetak atau menulis seluruh pelajarannya. Para pelamar kerja
harus memakai dokumen asli setiap kali mengirimkan aplikasi. Surat-surat penting
perusahaan harus dicetak dalam jumlah banyak, dan berbagai kenyataan merepotkan
lainnya.
Mesin
fotokopi memang merupakan salah satu penemuan paling terkenal pada Abad XX.
Penemuan ini lahir dari keinginan seorang analis paten untuk melepaskan diri dari
pekerjaan yang lama dan membosankan. Dialah Chester F. Carlson, anak dari
seorang tukang cukur yang mengalami kesulitan ekonomi dan menderita penyakit,
namun sangat gigih dalam memperjuangkan impiannya.
Chester F. Carlson lahir di Seattle, Amerika Serikat pada tanggal 8 Februari 1906. Orang tuanya yang berprofesi sebagai tukang cukur selalu berpindah tempat. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit memaksanya untuk bekerja paruh waktu pada usia 14 tahun. Ayahnya menderita arthritis (penyakit radang sendi) dan ibunya meninggal karena TBC pada saat usia Carlson menginjak 17 tahun.
Chester F. Carlson lahir di Seattle, Amerika Serikat pada tanggal 8 Februari 1906. Orang tuanya yang berprofesi sebagai tukang cukur selalu berpindah tempat. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit memaksanya untuk bekerja paruh waktu pada usia 14 tahun. Ayahnya menderita arthritis (penyakit radang sendi) dan ibunya meninggal karena TBC pada saat usia Carlson menginjak 17 tahun.
Meskipun
dalam usianya yang masih belia, Carlson memiliki pemikiran yang maju dan rasa
keingintahuan yang tinggi. Ia sangat tertarik dengan ilmu gratis dan kimia.
Carlson remaja bahkan pernah mempublikasikan majalah kecil untuk kimiawan
amatir melalui percetakan tempat ia bekerja.
Setelah
lulus sekolah menengah, dengan usahanya sendiri Carlson dapat memasuki sekolah
tinggi terdekat dan mengambil jurusan kimia. Ia meneruskan pendidikannya di
Institut Teknologi California dan berhasil meraih gelar sarjana fisika dalam
waktu dua tahun. Namun selepas kuliah Carlson mengalami kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan. Dari 82 aplikasi yang ia kirirnkan, hanya dua instansi
yang memberikan surat panggilan. Ia akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai teknisi
di Bell Telephone Laboratories, New York, dengan gaji sekira 35 dolar
AS/minggu.
Kondisi
sulit membuatnya melepaskan pekerjaan tersebut. Carlson sempat magang di kantor
pengacara paten, kemudian ia bekerja sebagai analis paten di Mallory & Co,
sebuah firma yang memproduksi suku cadang elektronik. Selain bekerja pada siang
hari, Carlson juga mengambil mata kuliah hukum pada malam hari di Sekolah
Tinggi New York. Setelah mendapatkan gelar Sarjana Hukum, ia pun terpilih
menjadi manajer departemen paten di Mallory.
Saat itu ia
baru benar-benar merasakan mendapat sebuah pekerjaan. Namun hasilnya ternyata
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Pada masa awal pernikahannya,
Carlson kembali harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Timbul
keinginannya untuk bisa menciptakan sesuatu yang "besar", agar bisa
memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia, sekaligus keuntungan besar bagi
dirinya. Namun ia masih belum bisa membayangkan penelitian apa yang akan ia
lakukan.
Dalam
melakukan pekerjaannya, Carlson menemukan kenyataan, tidak pernah tersedia
cukup karbon pengopi untuk mencatat spesifikasi paten, dan tidak ada cara cepat
untuk mendapatkan tambahan karbon. Pilihannya adalah melakukan pencetakan
dengan biaya yang mahal, atau menulis ulang dokumen-dokumen tersebut, dilanjutkan
dengan kegiatan pengoreksian yang memakan waktu sangat lama. Saat itulah muncul
pemikiran dalam dirinya tentang betapa bermanfaatnya bila ada sebuah alat yang
dapat menggandakan dokumen dengan cepat.
Malam-malam
berikutnya ia habiskan waktunya di Perpustakaan Umum New York untuk membaca
segala sesuatu tentang fotografi. Ia memutuskan untuk tidak melakukan
penelitian dalam bidang fotografi konvensional, karena telah banyak dieksplorasi
sebelumnya. Dengan mengikuti naluri seorang penemu, Carlson kemudian
memperdalam bidang yang belum banyak diketahui orang, yaitu fotokonduktivitas.
Melalui hasil bacaannya ia mengetahui jika cahaya mengenai material
fotokonduktif, maka konduktivitas listrik dari materi tersebut akan meningkat.
Carlson
melakukan beberapa percobaan awal di dapur apartemennya. Di sinilah ia
menemukan prinsip dasar pengopian grafik atau gambar yang disebut teknik
elektrofotografi. Sebuah ide besar telah berkecamuk dalam kepalanya, namun
untuk penerapannya masih dibutuhkan banyak pembuktian. Dalam keadaan frustasi
karena sedikitnya waktu luang yang tersedia dan rasa sakit akibat arthritis,
Carlson memutuskan untuk mengejar impiannya dengan melakukan lebih banyak
percobaan. Ia membuat sebuah laboratorium kecil di dekat Astoria dan mempekerjakan
seorang imigran asal Jerman, Otto Kornei, sebagai asistennya.
Penemuan xerografi
Suatu hari
ketika Carlson mengunjungi laboratoriumnya, Otto tengah mempersiapkan taburan
sulfur di atas sebuah plat seng. Mereka merencanakan percobaan pengopian
tulisan dengan teknik elektrofotografi. Otto mengambil sebuah slide mikroskop
(kaca objek), dan dengan tinta India dituliskan di atas slide tersebut "10-22-38
ASTORIA". Setelah ruangan laboratorium dibuat gelap, Otto menggosok
permukaan sulfur pada plat untuk membangkitkan gaya elektrostatik. Slide yang
berisi tulisan diletakkan di atas sulfur tersebut. Keduanya kemudian ditempatkan
di bawah sinar lampu pijar yang terang selama beberapa detik. Setelah itu slide
dilepaskan dan ditaburkan bubuk lycopodium di atas permukaan sulfur. Dengan
tiupan kecil, sisa bubuk yang tidak menempel tersebar keluar plat dan
meninggalkan duplikat tulisan yang nyaris sempuma.
Carlson dan
Otto mengulangi percobaarr yang sama selama beberapa kali untuk memastikan
hasil yang dicapai bukan merupakan suatu kebetulan. Setelah mereka yakin,
dibuatlah kopi permanen dengan memindahkan tulisan tersebut ke kertas lilin.
Kertas kemudian dipanaskan untuk melelehkan lilinnya. Maka tampaklah tulisan
yang menggambarkan waktu dan tempat ditemukannya teknik baru yang dinamakan
Xerografi (pengembangan dari teknik elektrofotografi).
Sentimen
negatif
Carlson
segera mematenkan dan memperdalam hasil karyanya tersebut karena khawatir akan
adanya penemuan serupa dari orang lain. Kekhawatirannya ternyata tidak
terbukti. Tidak ada satu pun peneliti lain yang menggeluti bidang yang sama.
Bahkan ternyata tidak banyak yang percaya aplikasi xerografi akan mendatangkan
banyak manfaat. Sentimen negatif tersebut membuat Carlson kesulitan untuk
mendapatkan perusahaan yang bersedia mengembangkan penemuannya. Dalam rentang
waktu antara tahun 1939-1944 ia ditolak lebih dari 20 perusahaan, termasuk IBM,
GE, dan RCA. Bahkan Dewan Penemu Nasional mengabaikan hasil karyanya.
Keberaniannya pun mulai luntur dan beberapa kali ia memutuskan untuk melupakan
ide yang dianggapnya brilian tersebut. Namun setiap kali itu pula ia merasa
penemuannya terlalu penting untuk diabaikan dan akhirnya ia kembali untuk
mencobanya.
Pada tahun
1944, Battelle Memorial Institute, sebuah lembaga riset nirlaba tertarik dengan
idenya. Mereka kemudian menandatangani nota kesepahaman pembagian royalti dan
mulai mengembangkan penemuan Carlson menjadi produk yang aplikatif. Tahun 1947
Battelle menjalin kerja sama dengan Haloid, sebuah perusahaan kecil penghasil
kertas foto, yang kelak akan berubah nama menjadi Xerox. Haloid diberi hak
untuk memproduksi mesin-mesin fotokopi dengan prinsip Xerografi.
Tahun 1959, atau 21 tahun setelah Carlson menemukan Xerografi, barulah diluncurkan
mesin fotokopi canggih pertama yang diberi nama 914. Mesin ini memiliki
kemampuan mengopi dokumen secara cepat hanya dengan memijit sebuah tombol.
Setelah itu pembuatan dan penjualan mesin fotokopi berkembang menjadi industri
raksasa. Sang penemu, Chester F. Carlson menjadi terkenal, dihormati, dan tentu
saja sangat kaya. Semuanya ia terima dengan kerendahan hati. Kekayaan Carlson
hasil penemuan spektakulemya mencapai lebih dari 150 juta dolar AS. Namun
sebelum meninggal ia sempat menyumbangkan sekira 100 juta dolar AS untuk berbagai
yayasan dan lembaga amal. Ia juga mendapatkan banyak penghargaan termasuk
Inventor of The Year pada tahun 1964, dan penghargaan Horatio Alger pada tahun
1966.
Follow Warta Iptek di Google News
0 Response to "Chester F. Carlson, Anak Tukang Cukur Penemu Mesin Fotokopi "
Posting Komentar
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.