Terapi Murottal Dapat Optimalkan Rasa Nyaman pada Bayi
"Wahai manusia! Sungguh, telah Kami datangkan kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penawar bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman". (Q.S. Yunus ayat 57)
Anak adalah karunia yang dinantikan datangnya dengan bahagia oleh setiap ayah dan bunda. Semenjak masih di dalam kandungan sampai dengan proses kelahirannya menjadi rangkaian kado terindah bagi ayah bunda. Sesuai dengan takdir yang ditetapkan oleh Allah swt, tidak semua bayi baru lahir (neonatus) dalam, kondisi yang sehat seperti yang diharapkan. Kondisi bayi baru lahir yang berisiko tinggi biasanya diklasifikasikan berdasarkan berat lahir, usia gestasi/usia kehamilan, dan masalah patofisiologi (perubahan fungsional karena suatu penyakit). Umumnya, masalah yang berhubungan dengan status fisiologis adalah status maturitas bayi (kematangan/kecukupan usia bayi dilahirkan) termasuk gangguan kimia dan konsekuensi dari imaturitas organ serta sistem (Wong, 2009).
Peralihan dari kehidupan intrauterine (rahim/ kandungan) ke kehidupan ekstrauterine (di luar rahim/kandungan) memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fisiologis. Adaptasi fisiologis yang terjadi antara lain mulai berfungsinya sistem pernapasan, sistem pencernaan, fungsi hati, sistem imunologi, sistem kardiovaskular, serta sistem endokrin menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ lainnya (Merenstein, 2002). Dalam perubahan fisiologis ini, neonatus juga mengalami proses tumbuh dan berkembang, juga merupakan 9 proses peralihan dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologis (Dewi, 2017). Berbagai perubahan fisiologis ini memungkinkan terjadi berbagai masalah kesehatan pada bayi baru lahir sehingga memerlukan perawatan dan pengobatan lebih lama di rumah sakit (hospitalisasi).
Dalam proses perawatan beberapa tindakan yang membuat ketidaknyamanan bagi neonatus antara lain adalah berbagai tindakan invasif berupa pengambilan sampel darah atau pemasangan infus, pemasangan slang yang membuat bayi tidak nyaman dan nyeri. Itu merupakan stimulasi yang dapat merusak perkembangan otak bayi serta berkontribusi pada gangguan belajar dan perilaku pada masa kanak-kanak. Hal ini yang melatarbelakangi tim perawat di ruang perawatan bayi baru lahir membuat upaya agar rasa tidak nyaman dan nyeri yang mungkin terasa oleh bayi dapat dikurangi atau bahkan hilang, dengan diperdengarkannya murottal Al-Qur’an dengan desibel diatur pada 45 sampai maksimal 65 dB, batas suara yang disarankan menurut para ahli dalam AAP (American Academic of Pediatric).
Sebagai firman Allah Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan-Nya yang mulia, Al-Qur’an membawa kemuliaan pula pada waktu, tempat, dan penjaganya (para penghafalnya). Mendengarkannya saja berpahala dan mampu menenangkan jiwa. Membacanya, meskipun belum memahami, tetap memberi efek dahsyat seperti ketenteraman, membantu cepat sembuh dari penyakit lahir dan batin. Dalam Al-Qur’an surat Al Isra' ayat 82, yang artinya, "Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang yang zalim selain kerugian".
Murottal adalah rekaman suara pembacaan Al-Qur’an yang dilantunkan oleh qari. Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia. Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, atau pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Terapi murottal berarti teknik penyembuhan atau perawatan penyakit melalui memperdengarkan suara pembacaan Al-Qur’an yang dilantunkan oleh qari kepada pasien, dalam hal ini kepada bayi yang baru lahir.
Al-Qur’an secara terminologi berarti Kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang merupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya merupakan ibadah (Elzaky, 2011). Alquran begitu berarti bagi kehidupan manusia karena merupakan petunjuk kehidupan dunia dan akhirat sebagai pedoman hidup serta kehidupan. Sebagai firman Allah Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan-Nya yang mulia, Al-Qur’an membawa kemuliaan pula pada waktu, tempat, dan penjaganya (para penghafalnya). Nama lain dari Al-Qur’an salah satunya adalah Asy-Syifaa' (penawar dan penyembuh).
Syeh Abdurrahman al-Sa'di mengatakan bahwa "penyembuhan bagi (penyakit) yang di dalam hati" mengandung pengertian bahwa Al-Qur’an benar-benar dapat menyembuhkan aneka macam penyakit yang bersarang dalam hati manusia seperti keragu-an, congkak, sombong, amarah, keresahan, dan kebendan (Elzaky, 2011).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bacaan Alquran berpengaruh besar (hingga 97%) dalam memberikan ketenangan dan penyembuhan penyakit (Ramadhani, 2010). Pada penelitian lain, (Zahrofi 2013), terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religius, tatkala seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama waktu tertentu sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh orang tersebut.
Alhamdulillah sejak diaplikasikannya terapi murottal, respons dari bayi baru lahir yang sedang diinfus ataupun diambil darah, jauh lebih tenang dan bila diukur dengan skala nyeri untuk neonatus (NIPS) menunjukkan tingkat nyeri yang rendah. Ini adalah salah satu usaha untuk membantu ke arah perbaikan pasien yang sedang dalam pengobatan medis terutama pada bayi baru lahir di ruang perawatan perinatology. Tentu saja, itu juga berdampak pada perawat yang memberikan pelayanan dan tentu saja mengurangi rasa khawatir dari ayah bunda. [Dian Wulansari/PRM/08092019]