iklan space 728x90px

Situs Gunung Susuru, Punden Berundak Peninggalan dari Masa Megalitik, Hindu Klasik dan Awal Islam

WartaIptek.com - Tempat ini dikenal sebagai Situs Gunung Susuru yang terletak di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Luas situs terdiri atas tujuh hektare lahan bukit, yang dikelilingi dua sungai di bawahnya, yaitu Sungai Cimuntur dan Sungai Cileueur.

Disebut Gunung Susuru karena kabarnya di tempat itu dulunya dipenuhi kembang susuru, yaitu sejenis kaktus yang hanya tumbuh di sana. Kembang susuru merupakan tumbuhan yang menghiasi taman keraton Galuh Kertabumi atau dipergunakan juga tanaman pagar keraton.

Situs Gunung Susuru merupakan peninggalan berupa punden berundak dari masa megalitik, Hindu klasik, dan awal Islam. Di tebing bukit Gunung Susuru terdapat lima gua yang memesona, satu sumur batu, serta peninggalan lain. Usia Situs Gunung Susuru diperkirakan lebih tua dari Situs Ciung Wanara di Karangkamulyan yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Jarak situs Gunung Susuru ke Situs Karangkamulyan sekira 6 kilometer ke arah Kota Banjar. Temuan tembikar, fosil gigi manusia, dan tulang belulang hewan yang mendekati fosil ditemukan di gua tebing Gunung Susuru.

Gunung Susuru disebut ahli sebagai punden berundak yang tersusun atas 17 tingkatan teras mencakup keseluruhan bukit. Situs Gunung Susuru diperkirakan merupakan bekas pusat ritual pemujaan zaman dahulu. Total punden berundak yang ditemukan berjumlah empat dengan susunan yang masih utuh yang disebut Batu Patapaari. Dolmen yang terdapat di Batu Patapaan diduga merupakan sarkofagus atau peti kubur batu, karena saat dilakukan penggalian di bawahnya terdapat batu penyangga.

Masih banyak temuan arkeologis yang belum diteliti. Misalnya, batu tingkat yang berukuran sangat besar serta batu bergaris yang guratnya lebih dari seratus bans. Pada 1960-an, bukit yang merupakan tanah desa, ditanami jagung oleh warga. Pohon susuru pun menghilang. Namun, masa subur tanah hanya berlangsung 15 tahun. Sejak 1975, bukit itu ditinggalkan dalam keadaan gersang.

Saat masih dilakukan pengolahan tanah, banyak ditemukan benda kuno. Banyak yang hilang atau dijadikan jimat koleksi pribadi. Hanya sebagian kecil yang diserahkan kepada pemerintah. Sisa-sisa temuan yang tersimpan dan dirawat oleh juru kunci situs terdiri atas fosil tulang hewan, gigi geraham manusia, kapak batu, dua batu silinder, lumpang batu, batu kursi, menhir, dolmen, batu peluru, piring, poci keramik, serta tiga keris dengan liuk berbeda.

Ditemukan benteng kuno yang membentang melintasi Desa Bunder dari sisi Cimuntur ke sisi Cileueur kurang lebih dua kilometer. Benteng kuno terbuat dan susunan batu setinggi satu meter. Sayang, keadaannya tak utuh lagi.

Situs Gunung Susuru juga dikenal dengan Situs Kerajaan Galuh Kertabumi atau Situs Kertabumi. Situs menjadi patilasan dari kerajaan yang didirikan oleh Putri Tanduran Ageung, putri Raja Galuh Salawe yang bernama Sanghyang Cipta yang menikah dengan Rangga Permana, keponakan Prabu Geusan Ulun dari Kerajaan Sumedang Larang. Wilayah Gunung Susuru disebut sebagai hadiah pernikahan dari sang ayah karena berada di pinggir Sungai Cimuntur. Rangga Permana pun dikenal sebagai Prabu Di Muntur pada saat dilantik sebagai raja pada 1585 M.

Follow Warta Iptek di Google News