iklan space 728x90px

Jembatan Cirahong, Jembatan Unik Peninggalan Belanda Memiliki Pemandangan Eksotis

WartaIptek.com - Jembatan atau Sasak Cirahong yang memiliki dua fungsi sebagai pelintasan kereta api di atasnya dan jalan penyeberangan orang ini sudah ada sejak zaman Belanda. Jembatan unik ini dibangun pada 1893 di atas Sungai Citanduy, berlokasi di perbatasan dua Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya. Jembatan ini menghubungkan Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis dengan Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Jembatan ini menjadi jalur alternatif dari Ciamis menuju Tasikmalaya lewat Manonjaya dan sebaliknya serta merupakan satu-satunya jembatan peninggalan Belanda di Ciamis. Jembatan itu memiliki nomor register BH 1290, berada di sebelah timur Stasiun Manonjaya yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2 Bandung. Selain dilintasi kereta api, jembatan juga dilintasi para pejalan kaki, pesepeda motor, hingga kendaraan roda empat yang melintasi jembatan secara bergantian.

Panjang jembatan Cirahong 202 meter, memiliki ketinggian 66 meter. Jembatan itu dibangun dengan menggunakan konstruksi baja yang rapat dan kokoh. Konstruksinya pernah diperkuat pada 1934. Bagian tengah atau lambung jembatan yang bisa dilintasi orang, mempergunakan kayu.

Meski berbeda dengan jalan biasa, lalu lintas yang melewati jembatan ini cukup banyak. Hal itu berkaitan dengan jarak tempuh menuju desa bertetangga sebelah sungai yang apabila tidak melalui jembatan bisa memakan waktu satu jam.

Jembatan Cirahong menjadi bagian dari pembangunan rel kereta api jalur selatan di Pulau Jawa oleh Belanda. Jalur itu membentang dari Jakarta hingga Surabaya. Adanya jembatan Cirahong, melibatkan peran dari mantan Bupati Galuh Ciamis (1839-1886) RAA Kusumadiningrat atau Kangjeng Prebu yang melobi Belanda tatkala membangun jalur selatan agar relnya melintasi Ciamis.

Akibatya, pemerintah Belanda menyetujui usulan Kangjeng Prebu dan membangun dua jembatan di atas Sungai Citanduy. Keduanya adalah jembatan Cirahong dan jembatan Karangpucung dekat Kota Banjar yang menelan biaya cukup mahal.

Pertimbangan RAA Kusumadiningrat adalah jalur kereta api selain untuk angkutan massal, juga mengangkut hasil bumi sehingga barang dari Priangan bisa lebih banyak diangkut ke Jakarta atau tempat lain. Saat itu, banyak perkebunan yang dibangun di daerah Galuh seperti perkebunan Lemah Neundeut dan Bangkelung. Kelancaran angkutan kereta diharapkan mempermudah jalur perdagangan ataupun mobilisasi penduduk.

Jembatan Cirahong berdiri di antara dua bukit di pingir sungai, membuatnya memiliki pemandangan eksotis. Karena keunikan struktur dan keindahan pemandangan sekitarnya, jembatan itu kerap dikunjungi warga. Kunjungan meningkat saat Ramadan. Tempat itu menjadi semacam pusat rekreasi, kuliner, dan ngabuburit warga. Selain pernah menjadi tempat untuk olah raga bungee jumping, jempatan Cirahong diburu oleh pengunjung untuk menjadikannya objek fotografi. [E. Saepuloh / Maman Soleman / PRM / 21072019]
Follow Warta Iptek di Google News