Serangga, Alternatif Sumber Protein Hewani Masa Depan
WartaIptek.com - Berbicara mengenai protein hewani, pikiran kita pasti tertuju pada daging, telur, dan susu. Namun faktanya, ada sumber protein hewani lain yang melimpah, murah serta memiliki kandungan protein hampir sama dengan sumber hewani lainnya yakni serangga. Serangga yang sering kita temui memiliki cita rasa yang lezat dan kaya akan nutrisi, khususnya protein. Kulinerserangga ini mulai digemari oleh berbagai kalangan dan sudah menjadi makanan popular di beberapa negara seperti Afrika, Asia dan beberapa suku di daerah Indonesia.
Di Thailand banyak pedagang yang menjual belalang goreng, jangkrik, kalajengking, laba-laba dan cacing untuk dijadikan snack saat jalan-jalan. Orang Cina dan Jepang juga sering mengkonsumsi jangkrik karena rasanya yang gurih dan kandungan proteinnya tinggi. Begitu juga di Australia dan Amerika Selatan, mengkonsumsi rayap sebagai camilan sehari-hari. Sedangkan di Vietnam, kempompong ulat sutra yang diambil benangnya untuk dikonsumsi.
Di Indonesia sendiri, serangga bukan merupakan hal yang baru sebab kelompok hewan ini mudah ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian masyarakat Indonesia menjadikan serangga sebagai bahan makanan alternatif. Seperti yang ada di daerah Gunung Kidul Jogjakarta, banyak ditemui pedagang yang menjual belalang goreng.
Belalang goreng, salah satu makanan traditional Indonesia berbasis serangga
Begitu pula di Riau, terdapat berbagai olahan jangkrik yang dijadikan snack seperti biskuit, serundeng dan peyek. Di Indonesia bagian Timur banyak masyarakat yang memanfaatkan larva kumbang atau dikenal dengan tempayak untuk dikonsumsi dengan cara digoreng terlebih dahulu. Hal ini membuktikan bahwa kuliner dari serangga sudah mulai diminati oleh sebagian masyarakat dan tidak kalah dari segi citrasa serta nutrisi dengan pangan hewani lainnya.
Dari segi gizi, kandungan protein serangga tidak kalah dengan kandungan protein hewani seperti susu dan daging sapi atau ayam. Belalang memiliki kandungan protein sekitar 26,8% sedangkan pada jangkrik memiliki kandungan protein sebesar 13,7%. Tidak berbeda jauh dengan protein daging sapi yang kandungan proteinnya 18,8% dan daging ayam 18,2%. Sumber protein yang terkandung dalam serangga lebih baik dibandingkan dengan protein pada ikan, daging dan sebagainya. Serangga juga memiliki produktivitas yang tinggi yaitu dapat bertelur sekitar 16 kali dalam waktu 45 hari dan hanya membutuhkan waktu 13-14 hari untuk menetas sehingga serangga mudah dibudidayakan tanpa membutuhkan lahan yang luas. Selain itu, serangga mudah dijangkau oleh seluruh komponen masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani karena harga serangga lebih terjangkau. Oleh karena itu, serangga memiliki potensi untuk menggantikan protein hewani dimasa depan.
Potensi serangga dalam menggantikan protein hewani dimasa depan telah dipelajari oleh para ahli pangan. "Bisa sekali serangga menggantikan protein hewani, karena sekarang ini sudah banyak penelitian tentang serangga sebagai bahan baku sumber protein.
Selain ketersediannya lebih banyak, protein asam amino essensial pada serangga lumayan lengkap yang dibutuhkan oleh manusia," tutur Nur Ida Panca selaku dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Beliau juga menjelaskan "Untuk mengembangkan pangan dari serangga juga diperlukan pendekatan yang sesuai terhadap masyarakat yang menganggap tabu dalam mengkonsumsi serangga. Langkah yang bisa dilakukan seperti membuat produk yang tidak kelihatan serangganya misalnya mengambil protein yang ada pada serangga untuk diimplementasikan dalam produk."
Pada umumnya serangga seperti belalang, jangkrik dan rayap aman dan halal untuk dikonsumsi oleh manusia. Selain itu serangga dapat menjadi alternatif sumber protein pengganti hewani lainnya. Pengolahan serangga menjadi aneka ragam olahan produk dapat menjadi solusi kurangnya asupan protein. FAO (Food and Agriculture Organization) yaitu sebuah Organisasi yang berwenang untuk mengurus berbagai hal yang berhubungan dengan pangan dan hasil pertanian dunia menyarankan agar industri makanan dunia ikut mempromosikan dan meningkatkan status serangga dengan memasukkannya ke dalam resep baru dan menambahkan serangga ke dalam menu-menu restoran. Sehingga serangga dapat dijadikan alternatif pengganti sumber protein hewani untuk ketahanan pangan yang mudah didapatkan oleh setiap individu.