iklan space 728x90px

Puasa, Boleh Juga Berolahraga

Tak sedikit umat Islam yang bimbang, apakah perlu berolahraga saat melakukan puasa. Apakah olahraga tidak justru membahayakan kesehatan mereka yang tengah melakukan saum?

Dalam rangka merawat kebugaran, melakukan kegiatan fisik dalam rangka mempertahankan endurance (daya tahan) organ tubuh, sangatlah perlu, terutama untuk ergosistem primer dan sekunder. Pada sistem kerja (ergosistem) primer supaya tidak terjadi kekakuan otot, ligamen tendon, dan sendi serta memelihara sistem penghargaan impuls pada saraf. Pada ergosistem sekunder diharapkan daya tahan jantung, paru untuk mendapatkan pemasukan oksigen yang cukup seperti diketahui bahwa selain air, elektrolit, makanan utama berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang merupakan sumber energi dapat dibakar (dimetabolisme) dengan sempurna, padahal kebutuhan oksigen ini hanya sedikit yaitu 1.34 cc O2 per 100 cc darah, selain vitamin juga sangat dibutuhkan.

Tanpa oksigen tidak mungkin manusia bisa hidup dengan meningkatkan daya tahan jantung pun secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan performance seseorang yang dapat diartikan sebagai memelihara kebugaran. Daya tahan ergosistem primer perlu melakukan kegiatan fisik yang terakhir dan kontinu.

Saat ini kaum Muslimin tengah melakukan ibadah saum seperti yang diperintahkan oleh Tuhan yang Mahasuci dan Mahatinggi. Di sisi lain, kita dapat melakukan kegiatan fisik yang teratur dalam rangka memelihara kebugaran. Menurut Profesor Paul Atlas, USA, mild physical activity dapat dilakukan selama waktu 15 sampai dengan 20 menit sudah cukup memberikan kontribusi pada kebugaran.

Jadi, misalnya, setelah salat subuh kita bisa melakukan olahraga ringan seperti jalan, jogging, bersepeda dan lain sebagainya, namun jangan sampai menimbulkan haus. Kalau kita makan sahur taruhlah senilai 700-1.000 kcal, maka jangan takut kehabisan “tenaga” karena masih tersisa sekira 600-900 kcal. Minum tetap diusahakan tiap 24 jam minimal 2.000 cc.


Sudah seharusnya sebelum melakukan olahraga meskipun ringan tetap melaksanakan warming up dan stretching (pemanasan dan peregangan) untuk menghindarkan cedera. Dengan menggerakkan secara tiba-tiba, kalau tidak melakukan stretching dapat saja terjadi perubahan (rupture) pada selaput otot (fascia), tendon, ligamen atau persendian yang terkilir.

Demikian pula menjelang berbuka puasa, kita dapat melakukan olahraga sedikit ditingkatkan rutinitasnya tetapi jangan melebihi (30-45 menit) karena paling tidak akan menghabiskan energi sekisar 120-160 kcal. Sangat dianjurkan waktu berbuka puasa makan makanan berserat supaya tidak terjadi konstifasi (susah buang air besar), minum vitamin yang mengandung elemen zinc (Zn) dan Se (Selenium) serta kaya Mg (Magnesium). Komposisi makan hendaknva rasional atau perbandingan yang memadai antara karbohidrat, lemak, dan protein yaitu sekira 50-58% karbohidrat, 20-30% lemak dan protein sekira 10-19%, ini sudah mengandung nutrien yang cukup dan sesuai dengan recommended diatari allowance (RDA).

Kesimpulan

Lakukan olahraga teratur dan kontinu untuk meningkatkan sistem kerja (ergosistem) dalam tubuh dan secara langsung dan tidak langsung memperbaiki kebugaran (performance) yang telah kita miliki.

Makanan yang bernilai nutrien yang rasional untuk kebutuhan minimal supaya sel dan jaringan terpenuhi selain vitamin terutama yang mengandung unsur Zn, Se, dan Mg serta vitamin sebagai antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, Riboflavin (vitamin B2) untuk melawan radikal bebas yang senantiasa dibentuk setelah adanya kegiatan fisik.

Selamat berpuasa dan berolahraga!
Follow Warta Iptek di Google News