iklan space 728x90px

Antara DHA dan Kehebatan ASI, Ibu Menyusui Wajib Tahu


WartaIptek.com - Istilah DHA (decosahexaenoic acid) tidaklah asing di benak kita, terlebih bagi ibu menyusui. Selama satu dekade terakhir, DHA acapkali menghiasi berbagai publikasi baik yang sifatnya ilmiah maupun populer. Media massapun tidak mau ketinggalan, baik dalam koran, majalah, radio maupun televisi; iklan DHA ini menjadi primadona dan menjadi salah satu iklan dengan rating tertinggi.

Mengapa DHA menjadi demikian populer? Apa sebenarnya DHA? Tulisan ini akan mengulas seputar DHA dan peranannya bagi tubuh manusia terutama bayi.

Air Susu Ibu
Tri wulan terakhir periode kehamilan menjadi bagian penting bagi perkembangan sang janin. Pada periode tersebut terjadi sintesis jaringan otak yang sangat cepat. Sang janin memerlukan pasokan makanan dalam jumlah yang memadai bagi pertumbuhannya.

Demikian pula setelah sang janin lahir sebagai bayi, otak bayi tumbuh dan berkembang membangun persimpangan jalan sinaptik antar sel sebagai sarana dasar untuk pendengaran. Setidaknya ada 6.000-10.000 persimpangan jalan sinaptik dibuat setiap sel dimana DHA merupakan komponen utamanya. Enam puluh persen otak manusia terdiri atas lemak 25%, di antaranya berupa DHA.

DHA merupakan salah satu asam lemak tidak jenuh rantai panjang (long chain polyunsaturated acid/LCPUFA). Secara alami, tubuh kita sebenarnya memproduksi DHA, akan tetapi volumenya terlalu kecil dan tidak secara rutin dihasilkan, sehingga perlu adanya penambahan dari luar.

DHA berperan penting pada semua tahapan kehidupan manusia sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. DHA tidak saja baik untuk janin atau bayi, tapi untuk segala usia. Ibu hamil sangat dianjurkan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung DHA agar janinnya sehat, demikian pula bagi bayi dianjurkan memperoleh ASI seoptimal mungkin. Anak-anak hingga dewasapun harus tetap memperoleh asupan DHA dalam jumlah yang memadai sebagai sarana pencegahan penyakit.

Agar si kecil tumbuh sehat dan cerdas diperlukan nutrisi yang memadai. Salah satu di antaranya adalah 'Lemak Pembangun Otak’, terutama DHA yang berperan penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil. Kekurangan asam lemak tersebut berkorelasi terhadap berat badan yang rendah, lingkar kepala serta ukuran plasenta yang kecil saat kelahiran.

Akibatnya? Perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif pada periode selanjutnyapun ikut terpengaruh. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, pemberian ASI yang optimal dipandang sebagai jalan terbaik. ASI terbukti mengandung DHA yang dibutuhkan otak untuk bisa berkembang. Hal tersebut terungkap dari penelitan yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat.

Hasil penelitian tersebut menegaskan, tingkat intelejensi (IQ) bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. Selain itu bayi yang tidak memperoleh ASI dalam jumlah yang memadai, penyesuaian diri terhadap lingkungannya dinilai sangat miskin. Hal ini terutama sekali dialami bayi prematur dan bayi dengan berat badan yang rendah saat kelahirannya.
Selain mengandung DHA dan asam-asam lemak lainnya, ASI pun menyediakan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit. Sehingga jelaslah tidak ada alasan bagi sang ibu untuk tidak memberikan ASI untuk bayinya.

DHA Melalui Ibu 
Untuk menghasilkan ASI yang banyak mengandung DHA, para pakar menyarankan sang ibu untuk mengkonsumsi sumber-sumber makanan yang banyak mengandung DHA. Ikan laut seperti salmon, tuna (terutama ikan tuna bersirip biru, mempunyai kandungan DHA lima kali lebih banyak dibandingkan ikan tuna jenis lainnya), makarel, sarden, jenis kerang-kerangan merupakan sumber makanan yang kaya akan DHA. Walaupun tidak sebanyak produk laut, telur, daging maupun hati dan otak sapi juga mengandung DHA.

Produk-produk makanan formula bayi yang beredar di pasar telah mencantumkan DHA sebagai salah satu komponen pentingnya. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang ditawarkan DHA sebagai salah satu bagian penting untuk perkembangan otak dan mata sang bayi.

Sebuah penelitian menyatakan, bayi yang mendapatkan ASI dalam volume yang memadai berpotensi memunyai kecerdasan dan kemampuan penglihatan lebih baik dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi makanan formula.

Para penelitipun mulai menambahkan DHA untuk mengetahui apakah bayi mendapatkan pertumbuhan retina dan sistem saraf dengan baik. Namun, hasil penelitian tersebut ternyata masih jauh dari harapan.

Kemudian, penelitian yang spektakuler telah dilakukan untuk mengetahui manfaat penambahan DHA pada bayi. Dari 400 bayi yang diuji, penelitian tesebut dinilai tidak mampu memberikan hasil positif bagi 245 bayi yang diberi makanan formula yang diperkaya DHA. Penilaian tersebut didasari atas pengukuran kemampuan kognitif dan penglihatan.

Hasi penelitian tersebut mengundang reaksi sejumlah peneliti dan ilmuwan. Sebagian dari mereka menduga, sebenarnya bayi tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesis DHA dalam jumlah yang memadai. Sementara itu, sebagian lainnya berpendapat, bayi mampu mensintesis DHA yang mereka butuhkan selagi pasokan ALA (alfa-linolenic acid) dan LA (linoleic acid) berada dalam rasio yang tepat.

ALA dan LA merupakan precursor asam lemak yang biasa disebut sebagai asam lemak esensial (essential fatty acids - EFA). ALA sendiri merupakan asam lemak golongan n-3, sehingga DHA yang juga merupakan asam lemak golongan n-3 dapat dihasilkan oleh komponen tersebut.

Dari penelitian sebelumnya diketahui, formula yang mengandung asam lemak diatas 1,75% dalam bentuk ALA dan rasio LA terhadap ALA adalah 5:1 sampai dengan 15:1 (lihat tabel) dinilai mencukupi untuk mendukung perkembangan otak dan mata, meskipun DHA tidak diperoleh secara langsung.

Berbeda dengan penelitian di Amerika Serikat, penelitian di Italia dipandang menggembirakan. Ternyata suplementasi LCPUFA pada bayi dapat meningkatkan status DHA yang ditandai dengan meningkatnya fungsi penglihatan melalu Visual Evoked Potentials yang mengukur respon mata terhadap sinar.

Selain itu, bayi yang disuplementasi dengan LCPUFA menunjukkan peningkatan status DHA yang signifikan dalam sel darah merahnya. Meskipun demikian, ternyata bukanlah perkara mudah untuk menambahkan DHA pada formula bayi. Faktor keseimbangan antara asam-asam lemak dalam formula ternyata menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Adalah Carlo Agustino, seorang dokter spesialis anak dari Rumah Sakit San Paolo, Milan, Italia telah menjelaskan komposisi suplemen yang dinilai baik. Komposisi suplemen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.



Lebih baik ASI
Kenyataan suplemen formula bayi yang diperkaya DHA menjadikannya sesuatu yang baik, setidaknya hanya bagi bayi-bayi yang tidak memperoleh ASI dari ibunya karena suatu hal.

Bagaimanapun juga, suplemen formula bukanlah obat mujarab! Sebagai contoh adanya isu kemungkinan oksidasi DHA selama proses formulasi. Yang lebih penting adalah adanya keseimbangan antara DHA dengan 'sepupunya' dari golongan n-3. Meskipun DHA adalah penting, tetapi jika diberikan tidak seimbang sesuai dengan anjuran FDA (Food and Drug Association) secara potensial hal ini justru akan mengundang masalah.

DHA hanya satu dari beberapa ribu substansi yang ada dalam ASI. Beberapa substansi lain tidak tersedia dalam berbagai formula manapun. Selain mengandung zat antibodi, ASI juga kaya akan immunoglobin, sel darah putih, laktoferin, lisosem, faktor bifidus (membantu bakteri ramah yang tumbuh dalam usus halus), vitamin B12, dan beberapa substansi lainnya.

Jika melihat sejarah lahirnya penelitian dan pengembangan DHA pada formula bayi, tidaklah berlebihan apabila para ahli menegaskan, formula tersebut didisain untuk mendekati 'kehebatan' ASI.

Bagaimanapun juga sesuatu yang berasal dari alam adalah lebih baik yang tidak akan pernah tersamai apalagi terlampaui. Setuju?

Follow Warta Iptek di Google News

0 Response to "Antara DHA dan Kehebatan ASI, Ibu Menyusui Wajib Tahu"

Posting Komentar

Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.