iklan space 728x90px

Saatnya Mengenal Lebih Dekat Kedokteran Nuklir

WartaIPTEK.com - Mendengar kata "nuklir", orang biasanya langsung mengasosiasikan dengan sesuatu yang mengerikan dan bersifat destruktif. Deretan kejadian yang berhubungan dengan bom nuklir seperti yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, hingga ketakutan akan bahaya nuklir seperti yang terjadi pada peristiwa Chernobyl pada l986, atau Fukushima pada 2011. Namun, dengan penggunaan yang tepat, energi nuklir dapat diandalkan untuk kebaikan umat manusia. Tak terkecuali di bidang kesehatan.

Salah satu bidang kesehatan yang menggunakan sumber energi nuklir adalah kedokteran nuklir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Energi Atom Internasional 3(IAEA), kedokteran nuklir merupakan ilmu kedokteran yang dalam kegiatannya menggunakan radioaktif terbuka, baik untuk diagnosis maupun dalam pengobatan penyakit, atau dalam penelitian. Energi radiasi terbuka ini diberikan berupa obat radioaktif yang diasupkan dalam tubuh dengan jalan disuntik maupun diminum.


Meski sudah lama dikembangkan di Indonesia, citra seram nuklir masih terus membayangi sebagian masyarakat awam di Indonesia. Selama ini, kita lebih banyak mendapatkan informasi mengenai nuklir yang destruktif. Sebenarnya, Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu kalau tidak ada manfaatnya. Dalam jumlah kecil, nuklir sangat bermanfaat untuk kehidupan kita. Sama saja seperti air dan api.

Masih banyak pasien atau keluarga pasien yang ragu terhadap kedokteran nuklir. Bahkan, ada pula pasien yang menunggu hingga bertahun-tahun hingga akhirnya menyatakan setuju, untuk menempuh prosedur tersebut. Ini menyangkut ketakutan dalam diri sendiri yang terkadang berlebihan, juga soal informasi soal nuklir yang lebih banyak membicarakan efek negatifnya.

Bidang spesialisasi kedokteran nuklir memang tidak sepesat perkembangan spesialisasi kedokteran lain di tanah air. Jumlah dokter spesialis kedokteran nuklir di Indonesia hanya 51 orang. Di Bandung, baru dua rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Selain RSHS, fasilitas itu juga terdapat di Pusat Kanker Santosa Kopo.

Bisa dibandingkan dengan Jepang yang punya jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit, tapi jumlah dokter spesialis kedokteran nuklirnya banyak.

Hasil akurat
Kedokterah nuklir biasanya digunakan baik untuk diagnosis maupun dalam pengobatan penyakit, serta penelitian. Untuk pemeriksaan, antara lain dilakukan seperti di bagian otak, mata, jantung, paru-paru, atau organ lain di dalam tubuh. Tapi, pasien paling banyak memanfaatkan teknologi ini untuk memeriksa empat hal, yaitu jantung, pemeriksaan metasasais kanker ke tulang, melihat fungsi ginjal, dan hipertiroid.

Dibandingkan dengan teknik diagnostik radiasi lain, pemeriksaan dengan kedokteran nuklir jauh lebih nyaman, akurat, dan dampak paparannya lebih kecil. Dengan teknologi ini, berbagai jenis kanker serta gangguan jantung dan pembuluh darah juga bisa dideteksi lokasinya secara lebih tepat sehingga pengobatannya pun efektif.

Untuk kanker, misalnya, terapi prosedur diagnosis kanker bertujuan mengidentifikasi jenis dan lokasi kanker. Setiap jenis kanker memiliki kecepatan laju pertumbuhan sendiri-sendiri, kecende
rungan perkembangan, maupun jenis organ tubuh tertentu yang mudah terkena penyebarannya.

Dengan mengenali jenis kanker serta penyebarannya, dokter dapat mengantisipasi risiko sifat kanker itu. Dengan demikian, dokter dan pasien dapat merencanakan pengobatan yang jitu.

Sementara itu, terapi radiasi sudah menjadi pilihan lain untuk menghancurkan sel kanker. Radiasi yang digunakan di dalam pengobatan ini cuma bereaksi terhadap beberapa sel kanker yang terletak di bagian yang terkena radiasi. Pada umumnya dipakai menjelang dilaksanakan pembedahan untuk mengecilkan tumor ganas atau setelah pembedahan guna menghilangkan sel kanker yang barangkali tersisa.

Dari segi risiko, pemanfaatan terapi kedokteran nuklir juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan radiasi lain seperti rontgen. 

Kalau bicara efek, semua pasti ada. Namun, berapa besarnya efek yang terjadi itu kan berbeda-beda. Kalau orang tidak takut dirontgen, seharusnya tidak ada alasan untuk takut dengan kedokteran nuklir.

Pada prosedur rontgen, radiasi yang dilontarkan oleh X-Ray Tube cukup besar sehingga petugas atau operator rontgen pun harus dilindungi. Berdasarkan penelitian di Jepang, paparan radiasi untuk orang yang bekerja di kedokteran nuklir bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan orang yang bekerja di radiologi, tingkat radiasinya 15 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan radiologi. Kalau rontgen saja aman, kenapa kita mesti takut dengan terapi nuklir.

Dosis rendah
Semua obat radioaktif yang digunakan di kedokteran nuklir juga menggunakan dosis aktivitas yang sangat rendah. Prosedur yang dilakukan di kedokteran nuklir, baik itu diagnostik maupun terapi, merupakan prosedur yang sangat aman.

Secara umum, dosis paparan radiasi dari prosedur diagnostik yang dilakukan di kedokteran nuklir relatif tidak berbeda jauh dengan dosis paparan radiasi dari prosedur di radiologi. Kecuali, pada prosedur terapi yang menggunakan obat iodium radioaktif untuk kanker tiroid yang diberikan dalam dosis cukup besar sehingga pasien perlu dirawat isolasi di ruangan khusus sampai paparan radiasi turun ke dalam batas normal.

Tujuan isolasinya hanya agar tidak bertemu dengan orang lain, tapi bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, untuk beberapa jenis penyakit yang daya tembus sinarnya pendek, tidak perlu diisolasi. Bahkan, jika tidak diberitahu bahwa seseorang dilakukan pemeriksaan atau pengobatan menggunakan radioaktif, dia bisa tidak menyadarinya. [Sumber: PRM/28 Mei 2017]

Follow Warta Iptek di Google News

0 Response to "Saatnya Mengenal Lebih Dekat Kedokteran Nuklir"

Posting Komentar

Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.