iklan space 728x90px

Maria Leijerstam, Manusia Pertama Bersepeda ke Kutub Selatan

WartaIPTEK.com - Saat manusia di belahan dunia lain sedang larut dalam riuh rendah perayaan pergantian tahun, seorang wanita sedang menunggu angkutan pulang ke negaranya. Di ujung dunia belahan selatan ia telah menyelesaikan misinya. Maria Leijerstam telah menyelesaikan perjalanan memecahkan rekor dunia. Maria Leijerstam, wanita dari Vale of Glamorgan ini merayakan liburan Natal dan Tahun Baru 2014 dengan cara berbeda. Ia menyelesaikan ekspedisi bersepeda ke Kutub Selatan dari tepi daratan Antartika di Pangkalan Udara Novo milik Rusia.

Dalam perjalanan ini, ia menggunakan sepeda roda tiga (trike) yang didesain khusus. Trike yang digunakannya dibangun oleh pabrikan khusus trike Inspired Cycle Engineering (ICE). Menggunakan ban jenis fat tire berukuran 26 x 4.00 dengan lebar pelek antara 44-100 milimeter. Ban gemuk ini sangat diperlukan untuk ekspedisi di salju dan es karena kemampuannya tetap mengambang dan mengurangi tekanan pada es. Tapak fat tire yang lebar memungkinkan roda sepeda tidak tenggelam dalam es walaupun selain beban Maria dan sepedanya, ia juga membawa 45 kilogram perbekalan dan peralatan.



Perjalanan Maria dimulai 16 Desember 2013 dari Pangkalan Udara Novolazarevskaya. Tantangan terberat dalam perjalanan sejauh 800 kilometer itu salah satunya adalah di Gletser Leverett. Di gletser yang dilalui pada hari ketiga itu, Maria harus mengayuh trike-nya menanjak dari 2.200 ke 2.900 meter di atas permukaan laut. Selain Gletser Leverett, Maria harus menghadapi badai salju, jarak pandang terbatas, dan retakan es yang menyulitkan perjalanannya.

Selain hambatan dari lingkungan, dalam perjalanannya Maria pun menghadapi hambatan dari dirinya, sebelum mencapai Gletser Leverett. Cedera lututnya kembali kambuh dan mengganggu usahanya. Hambatan berikutnya adalah keringat yang ada di kakinya membeku.

Akhir tahun di belahan bumi selatan bertepatan dengan musim panas, hingga membuat cuaca di Antartika tak mengalami malam hari. Dengan adanya matahari yang bersinar sepanjang hari, Maria tak memiliki waktu untuk tidur. Sebagai gantinya, power nap atau terlelap sesaat (ngalenyap: Basa Sunda) setiap 18 jam ia lakukan untuk mengisi kembali tenaganya. Setelah menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan, ia berhasil menyelesaikan perjalanannya dalam waktu 10 hari, hingga saat ini masih menjadi rekor untuk ekspedisi tanpa bantuan alat penggerak seperti kendaraan bermotif atau hewan.

Sebelum berusaha memecahkan rekor tersebut, Maria sudah mencatat beberapa prestasi. Ia pertama kali menyelesaikan Marathon des Sables, lomba lari 243 kilometer melintasi Gurun Sahara. Ia juga menjuarai Siberian Black Ice Race tahun 2012 pada kategori wanita. Siberian Black Ioe Race adalah lomba melintasi medan di Siberia dalam kondisi danau beku dan cuaca dingin di Danau Baikal, danau es terluas dan terdalam di dunia. Peserta bebas menggunakan alat saat melintasi danau tersebut selama tidak menggunakan kendaraan berrnotor, termasuk bersepeda, ski, berjalan kaki, atau berlayar. Walaupun begitu, seluruh peserta diharuskan membawa perlengkapannya sendiri termasuk untuk menangkal suhu dingin hingga minus 40°C dan kecepatan angin yang bisa mencapai 100 kilometer per jam.

Sebenarnya, Maria tidak sendiri dalam usahanya memecahkan rekor, karena Daniel Burton dari Amerika dan Juan Menendez Granados dari Spanyol juga berusaha memecahkan rekor tersebut. Kedua orang itu menggunakan fat bike konvensional dengan dua roda.

Sepeda bukanlah alat yang ideal untuk menembus medan salju dan es. Di permukaan yang lunak seperti salju, atau keras dan licin seperti es dibutuhkan bidang kontak yang besar. Bidang kontak yang besar ini akan membuat kendaraan tetap mengambang di salju atau membagi beban ke bidang yang luas sehingga tidak memecah permukaan es. Petualang yang pertama kali mencapai kutub selatan, Roald Engelbregt Gravning Amundsen, menggunakan ski sepanjang 2 meter pada tahun 1912. Selain itu, kendaraan bermotor yang didesain untuk es dan salju umumnya menggunakan track. Penggunaan tapak yang lebar juga berguna untuk mengatasi patahan es yang umumnya tak terduga. Patahan es ini sangat berbahaya karena posisinya dapat tertutup salju, kedalamannya, dan potensi untuk menjepit siapa pun yang terjerumus ke dalamnya. [Sumber : Goestarmono PRM 12/01/2014]
Follow Warta Iptek di Google News

0 Response to "Maria Leijerstam, Manusia Pertama Bersepeda ke Kutub Selatan"

Posting Komentar

Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.