iklan space 728x90px

Erasmus Darwin, Kakek Charles Darwin yang Terlupakan

WartaIPTEK.com - Erasmus Darwin. Begitu mendengar namanya, pasti akan teringat dengan sang pencetus teori evolusi hingga kini tetap menjadi fenomena kontroversial hebat di berbagai kalangan, Charles Darwin.

Ya... memang betul jika di antara kedua insan tersebut terdapat hubungan darah. Erasmus Darwin adalah kakek Charles Darwin, dan yang mengesankan adalah kedua dinasti Darwin itu adalah sama-sama pemikir hebat dan ilmuwan yang luar biasa.

Sayang nama Erasmus Darwin tidak sepopuler nama Chales Darwin karena ia dicurigai melakukan gerakan bawah tanah (pemberontakan) terhadap pemerintahan Inggris, pada masa perang Napoleon. Hal itu yang membuatnya banyak menerima ejekan dan sindiran.

Walaupun Charles berusaha untuk mengembalikan nama baik kakek tercintanya, tetap saja kesuksesannya dan teori evolusinya mencegah dunia untuk mengingat nama Erasmus Darwin sebagai salah satu insan naturalis progresif yang pernah ada.


Erasmus Darwin kelahiran 1731 di Elston Hall, daerah yang berada dekat Nottinghampshire, Inggris. Beliau mengasah otaknya dengan bersekolah di Chesterfield School kemudian di St. John's College yang ada di Cambridge. Beliau juga berjuang memperoleh gelar dokter di Edinburgh Medical School. Kelak ia berhasil dalam karier sebagai dokter bertangan dingin di Lichfield. Saking suksesnya, beliau pernah diminta oleh Raja George III sebagai dokter pribadinya. Sayangnya tawaran tersebut ditolaknya dengan halus.

"ZOONOMIA; or The Laws of Organic Life" (1794) dan "The Temple of Nature" (1802) adalah kontribusi terbesarnya terhadap ilmu pengetahuan mengenai rahasia alam dan ide analisisnya tentang evolusi. Erasmus Darwin memiliki curiousity (rasa keingintahuan) yang tinggi akan fenomena alam dan makhluk hidup. Beliau tidak mandeg begitu saja dengan ilmu medis yang ditekuninya, tapi tetap melahap dan melakukan pencarian berbagai macam ilmu. Pantaslah kalau kakek Charles Darwin itu dianggap sebagai salah satu pionir kaum intelektual Inggris.

Hebatnya lagi Erasmus, bukan hanya 'melakonkan' peran dokter yang dihormati, tapi juga seorang botanis, naturalis (penyelidik alam), ahli filsafat, dan seorang penyair terkenal. "The Temple of Nature" adalah satu manifestasi idenya yang dituangkannya dalam bentuk puisi. Berikut cuplikannya:
Organic life beneath the shoreless waves/
Was born and nurs'd in ocean's pearly caves/
First forms minute, unseen by spheric glass/
Move on the mud, or pierce the watery mass/
These, as successive generations bloom/
New powers acquire and larger limbs assume/
Whence countless groups of vegetation spring/
And breathing realms of fin and feet and wing…/

Kurang lebih kandungan dari sajak itu adalah awal mula kehidupan di bumi ini eksis dan seiring berjalannya waktu akan berkembang (berevolusi), seperti bagaimana bisa muncul begitu banyak manusia dengan variasi fisik yang berasal dari hanya satu ancestor (nenek moyang), Adam dan Hawa.

Dalam puisinya juga terdapat analogi dari hipotesisnya mengenai asal mula keberadaan benua, lautan, hutan, dan hayatinya dengan menuliskan tentang zat-zat organik yang hidup di bawah permukaan lautan yang berombak, di mana kemudian muncul di tengah samudra sebagai karang, yang lama-lama membentuk sesuatu dan dikenalnya sebagai pionir kehidupan. Terdapat pula beraneka vegetasi dan fenomena bioritmik yang ditandai dengan adanya suksesi dan ledakan populasi.

Penyair yang eksentrik, dengan tema syaimya mengenai alam dan evolusi, Erasmus Darwin menjadi sangat terkenal. Bisa dikatakan, dengan keunikan dan kandungan puisinya yang menarik, karya puisinya sekelas dengan karya sastra para pujangga seperti Blake, Wordsworth, Coleridge, Shelley, Keats.

Semua idenya tersebut muncul akibat ketidakpuasan beliau dengan teori Linnaeus yang memberi pernyataan tentang sifat kekal suatu spesies. Wajar saja beliau tidak setuju karena melihat fakta adanya suatu perubahan dan perkembangan makhluk hidup (evolusi).

Serangkaian karyanya itu diakui sebagai 'the first consistent all-embracing hypothesis of evolution alias hipotesis tentang evolusi yang  konsisten. Publikasi ide orang Perancis yang hidup sezaman dengannya, Lamarck dan Cuvier, menguatkan posisinya untuk meletakkan dasar teorinya itu di kancah dunia intelektual.

Analisis Erasmus yang sependapat dengan Lamarck ditegaskan dengan ide pikirannya sendiri, yaitu adanya kompetisi dan seleksi seksuallah yang dapat mengubah suatu spesies, 'The final course of this contest among males seems to be, that the strongest and most active animal should propogate the species which should thus be improved. Puluhan tahun berikutnya, pemikiran Erasmus akan dijelaskan lebih terperinci oleh cucunya, Charles Darwin, yang menggotong prinsip 'seleksi alam'-nya.

Perlu dicatat, ternyata Chales Darwin menolak 'mechanistical strict' kakeknya dan pendekatan semi eksperimental kakeknya. Bahkan Charles mengklaim, Zoonomia tidak memberi kontribusi sedikitpun pada karya hebohnya, 'On The Origin of Species' (1859).
Di awal-awal proses pencarian jawaban akan rahasia alam, Erasmus Darwin melakukan terobosan pertama untuk meneliti suatu tanaman, untuk kemudian beliau dapat menguak sedikit tabir cara bertahan hidup tumbuhan dengan mekanisme fotosintesis.

Hasil terjemahan karya Linnaeus oleh beliau ke dalam bahasa Inggris menambah perbendaharaan jumal ilmiah bagi masyarakat intelek. Dengan kecermatannya itu, Erasmus didatangi banyak botanis muda dengan tujuan belajar. Dalam waktu yang singkat, beliau dikenal sebagai penasehat di bidang biologi.

Waktu dilaluinya dengan sabar dan tekun meneliti tanaman dan hewan, yang akhirnya sampailah Erasmus pada kesimpulannya. Adapun metode yang digunakannya adalah melalui pendekatan integratif. Beliau menggabungkan observasi hewan piaraannya dan perilaku margasatwa dengan ilmu paleontologi, bio-geografi, sistematik, embriologi, dan anatomi perbandingan. Cara ini sampai sekarang tetap dipakai oleh U.C. Museum of Paleontology dan di Jurusan Biologi, Universitas California, Berkeley.

Erasmus Darwin tidak pernah puas dengan kemampuannya. Karya ciptaan lainnya adalah talking machine-nya yang menggunakan prinsip dasar larink mekanis yang dibuatnya dari bahan-bahan kayu, sutra, dan kulit. Ciptaannya tersebut telah mendahului seabad dari terciptanya phonograph-nya Edison.

Erasmus juga menciptakan mesin duplikasi yang bisa memperbanyak dokumennya jauh sebelum dunia mengenai mesin fotokopi Xerox. Itulah Erasmus Darwin, manusia dengan intelektual tinggi yang kalah pamor dengan cucunya sendiri, Charles Darwin.***
[Source: Sri Nurilla Fazari, Departemen Biologi ITB 2001]
Follow Warta Iptek di Google News

0 Response to "Erasmus Darwin, Kakek Charles Darwin yang Terlupakan"

Posting Komentar

Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.