Roy Joseph Plunkett, Menemukan Bahan Teflon tanpa Sengaja
WartaIPTEK.com - Dulu, ketika akan menggoreng telur para juru masak dan ibu rumah tangga harus memakai minyak goreng atau mentega. Tujuannya, agar telur tidak menempel atau lengket di wajan. Tapi, kini pemberian minyak dengan tujuan menghindari lengket, tak diperlukan lagi. Ini semua berkat bahan yang sekarang populer dengan sebutan teflon.
Adalah Roy J. Plunkett, orang yang berjasa menemukan teflon. Peneliti dan ahli kimia yang lahir pada 26 Juni 1910 itu, menemukan teflon pada tahun 1938, saat ia bekerja pada bagian kimia organik milik Du Pont Company di New Jersey. Teflon adalah bahan yang termasuk dalam senyawa polytetrafluoroethylene (PTFE) dan berumus kimia F (CH2) n F. Pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya teflon itu bisa menempel ke peralatan itu?
Teflon yang biasanya digunakan pada alat masak berupa panci atau wajan itu merupakan bahan terlicin di bumi. Teflon adalah zat polimer yang memiliki stabilitas kimia. Zat ini mempunyai sifat tidak melekat yang sangat bagus. Lebih jauh lagi, teflon merupakan contoh dari zat abherent atau antilengket. Artinya, jika sebuah zat adherent atau adhesive bisa membuat benda-benda melekat, maka sebaliknya zat abherent dapat mencegah melekatnya benda-benda.
Ditilik secara fisik, teflon sangatlah halus. Bila kita raba bagian dalam alat penggorengan atau wajah yang dilapisi teflon, akan terasa licin. Atas dasar inilah, dalam perkembangannya, teflon kadang-kadang digunakan untuk lager (bearing) yang tidak memerlukan pelumasan.
Dalam arti lain, teflon secara kimia tidak akan berikatan dengan apa pun. Namun demikian, teflon bisa dipaksa berikatan secara mekanis dengan lekukan atau guratan kecil. Proses pembuatannya dengan menyemprotkan permukaan licin wajan dengan pasir bertekanan tinggi dan dilapisi polimer. Baru kemudian teflon dilapiskan pada polimer tersebut.
Roy J. Plunkett masuk ke Du Pont pada tahun 1936. Ia bekerja di laboratorium Jackson dan menduduki jabatan direktur operasi pada divisi freon. Ia ditugasi menemukan gas pendingin yang lebih baik daripada zat yang sudah ada di pasaran pada zaman itu. Saat melakukan riset, ia memerlukan gas bernama tetrafluoroethylena (TFE). Prosesnya, ia menempatkan gas tersebut dalam sebuah tanki logam kecil tetapi berisi banyak gas TFE. Hal ini disebabkan gas di tangki itu dimampatkan. Selanjutnya, banyaknya gas dalam tanki itu diukur dengan menimbang tangki sebelum dan sesudah diisi gas.
Sambil melanjutkan penelitiannya, Plunkett sering mengalirkan sedikit gas dari tangki tersebut untuk keperluan percobaannya. Pada suatu hari, Plunkett tidak dapat mengalirkan gas lagi dari tanki dan ia perkirakan bahwa gas itu sudah habis terpakai. Namun, sewaktu Plunkett mengangkat tangki itu dari bangku, ia merasa bahwa tangki itu lebih berat daripada bobot tangki kosong. Atas kejadian itu, baru kemudian untuk menghilangkan kepenasarannya, ia menimbang tangki itu dan ternyata hasil bobotnya lebih besar dibandingkan dengan tangki kosong.
Berdasarkan kejadian tersebut, Plunkett menyimpulkan bahwa berdasarkan Hukum Kekekalan Massa, tentu masih ada sedikit materi dalam tangki itu, walaupun tidak lagi berbentuk gas (seperti semula). Untuk membuktikannya, lalu Plunkett menyuruh orang memotong dan membuka tangki tersebut. Ternyata, ia menemukan serbuk putih di dalamnya.
Bahan yang ditemukan Plunkett itu tak lain tetrafluorokarbon atau freon. Lalu, dari sini, agar mudah mengucapkannya, Plunkett menyingkat zat itu menjadi bernama teflon, si benda licin dan halus.
Pada akhirnya, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, penggunaan lapisan teflon tidak hanya pada wajan dan panci. Tetapi, sudah meluas ke berbagai barang. Misalnya, ada pemanggang roti dan juga penanak nasi. Plunkett meninggal dunia 12 Mei 1994. Meski demikian karyanya tetap dikenang hingga sekarang.
Untuk itu, sudah sewajarnya kita harus berterima kasih kepada Plunkett atas jasa-jasanya dalam menemukan teflon yang sangat berguna dalam kehidupan manusia saat ini. Coba bayangkan, seandainya tidak ditemukannya teflon, kegiatan masak-memasak tidak sepraktis sekarang.
[Source : Pikiran Rakyat/08/12/2005; klipingut.wordpress.com]
Follow Warta Iptek di Google News
Adalah Roy J. Plunkett, orang yang berjasa menemukan teflon. Peneliti dan ahli kimia yang lahir pada 26 Juni 1910 itu, menemukan teflon pada tahun 1938, saat ia bekerja pada bagian kimia organik milik Du Pont Company di New Jersey. Teflon adalah bahan yang termasuk dalam senyawa polytetrafluoroethylene (PTFE) dan berumus kimia F (CH2) n F. Pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya teflon itu bisa menempel ke peralatan itu?
Teflon yang biasanya digunakan pada alat masak berupa panci atau wajan itu merupakan bahan terlicin di bumi. Teflon adalah zat polimer yang memiliki stabilitas kimia. Zat ini mempunyai sifat tidak melekat yang sangat bagus. Lebih jauh lagi, teflon merupakan contoh dari zat abherent atau antilengket. Artinya, jika sebuah zat adherent atau adhesive bisa membuat benda-benda melekat, maka sebaliknya zat abherent dapat mencegah melekatnya benda-benda.
Ditilik secara fisik, teflon sangatlah halus. Bila kita raba bagian dalam alat penggorengan atau wajah yang dilapisi teflon, akan terasa licin. Atas dasar inilah, dalam perkembangannya, teflon kadang-kadang digunakan untuk lager (bearing) yang tidak memerlukan pelumasan.
Dalam arti lain, teflon secara kimia tidak akan berikatan dengan apa pun. Namun demikian, teflon bisa dipaksa berikatan secara mekanis dengan lekukan atau guratan kecil. Proses pembuatannya dengan menyemprotkan permukaan licin wajan dengan pasir bertekanan tinggi dan dilapisi polimer. Baru kemudian teflon dilapiskan pada polimer tersebut.
Roy J. Plunkett masuk ke Du Pont pada tahun 1936. Ia bekerja di laboratorium Jackson dan menduduki jabatan direktur operasi pada divisi freon. Ia ditugasi menemukan gas pendingin yang lebih baik daripada zat yang sudah ada di pasaran pada zaman itu. Saat melakukan riset, ia memerlukan gas bernama tetrafluoroethylena (TFE). Prosesnya, ia menempatkan gas tersebut dalam sebuah tanki logam kecil tetapi berisi banyak gas TFE. Hal ini disebabkan gas di tangki itu dimampatkan. Selanjutnya, banyaknya gas dalam tanki itu diukur dengan menimbang tangki sebelum dan sesudah diisi gas.
Sambil melanjutkan penelitiannya, Plunkett sering mengalirkan sedikit gas dari tangki tersebut untuk keperluan percobaannya. Pada suatu hari, Plunkett tidak dapat mengalirkan gas lagi dari tanki dan ia perkirakan bahwa gas itu sudah habis terpakai. Namun, sewaktu Plunkett mengangkat tangki itu dari bangku, ia merasa bahwa tangki itu lebih berat daripada bobot tangki kosong. Atas kejadian itu, baru kemudian untuk menghilangkan kepenasarannya, ia menimbang tangki itu dan ternyata hasil bobotnya lebih besar dibandingkan dengan tangki kosong.
Berdasarkan kejadian tersebut, Plunkett menyimpulkan bahwa berdasarkan Hukum Kekekalan Massa, tentu masih ada sedikit materi dalam tangki itu, walaupun tidak lagi berbentuk gas (seperti semula). Untuk membuktikannya, lalu Plunkett menyuruh orang memotong dan membuka tangki tersebut. Ternyata, ia menemukan serbuk putih di dalamnya.
Bahan yang ditemukan Plunkett itu tak lain tetrafluorokarbon atau freon. Lalu, dari sini, agar mudah mengucapkannya, Plunkett menyingkat zat itu menjadi bernama teflon, si benda licin dan halus.
Pada akhirnya, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, penggunaan lapisan teflon tidak hanya pada wajan dan panci. Tetapi, sudah meluas ke berbagai barang. Misalnya, ada pemanggang roti dan juga penanak nasi. Plunkett meninggal dunia 12 Mei 1994. Meski demikian karyanya tetap dikenang hingga sekarang.
Untuk itu, sudah sewajarnya kita harus berterima kasih kepada Plunkett atas jasa-jasanya dalam menemukan teflon yang sangat berguna dalam kehidupan manusia saat ini. Coba bayangkan, seandainya tidak ditemukannya teflon, kegiatan masak-memasak tidak sepraktis sekarang.
[Source : Pikiran Rakyat/08/12/2005; klipingut.wordpress.com]