Mengenal Lebih Jauh Satelit
WartaIPTEK.com - Di masa yang lalu, satelit merupakan barang yang amat eksotis, bahkan masuk ke level peralatan yang rahasia. Pada awalnya, pengguna alat ini adalah militer untuk mendukung aktivitas navigasi dan spionase. Namun sekarang alat ini menjadi bagian penting untuk mendukung aktivitas harian. Dengan satelit, semua orang dapat melihat laporan cuaca, bahkan ramalan cuaca. Selain itu kita pun bisa menikmati siaran televisi melalui parabola, atau berlangganan TV kabel, hingga fasilitas telepon dan internet.
Indonesia sudah memiliki satelit sejak tahun 80-an, terutama untuk menunjang penyebaran dan pemerataan informasi. Satelit tersebut dikenal dengan Satelit Palapa. Nama tersebut diambil dari nama sumpah Sang Mahapatih Gajah Mada pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Pada waktu itu ia bersumpah untuk menyatukan seluruh kepulauan yang ada dalam satu negeri dan sumpah itu dikenal dengan nama "Sumpah Palapa".
Satelit telah memberikan kemudahan di segala bidang. Beberapa koran dan majalah menjadi lebih tepat waktu sebab mereka dapat mengirimkan teks dan image yang dapat digandakan dalam pencetakan hanya dengan mengirimkan mereka via satelit. Akibat yang dirasakan.adalah kecepatan dalam mendistribusikan berita sampai ke tingkat lokal. Kebanyakan taksi dan juga limousine, terkadang memanfaatkan GPS (Global Positioning System) yang berbasis satelit untuk lebih tepat menuju ke tujuan. Selain itu, sinyal elektronik dari pesawat yang jatuh dan kapal yang hampir tenggelam dapat dilacak oleh tim SAR ketika satelit merelay sinyal tersebut.
Pada dasarnya satelit adalah segala objek yang berputar mengelilingi suatu planet dalam bentuk sirkular atau eliptikal. Misalnya bulan yang setiap purnama nampak indah, merupakan satelit asli milik bumi, sangat alami. Sebenarnya cukup banyak satelit buatan manusia (artificial satelites) yang biasanya "terbang" lebih dekat ke bumi, sedangkan rute tempat satelitnya berjalan disebut orbit. Satelit buatan bukan merupakan produksi massal tetapi merupakan pesanan yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengecualiannya pada satelit GPS (yang berjumlah 20 unit di orbit) dan satelit Iridium (sebanyak 60 unit di orbit).
Menurut sejarah, satelit Sovyet Sputnik adalah yang pertama kali mengorbit bumi, pada 4 Oktober 1957. Sejak itulah, penelitian terhadap satelit mulai berkembang. Peluncuran satelit ke orbit menggunakari roket atau space shuttle. Setelah peluncuran yang pertama berjalan mulus, mekanisme pengendali roket menggunakan sistem pemandu inersial (inertial guidance system) untuk mengkalkulasikan tingkat penyesuaian bagi rocket's nozzle untuk memiringkan sang roket ke arah tujuan yang dideskripsikan dalam rencana penerbangan (flight plan). Terkadang, dalam rencana penerbangan juga diarahkan kemana "moncong'' roket akan diluncurkan: jika ke barat, maka "moncong" diarahkan ke barat. Ini menyebabkan tak diperlukannya daya dorong (a free boost). Kekuatan daya dorong tergantung pada kecepatan rotasi bumi di tempat peluncuran. Daya dorong terbesar digunakan di bagian ekuator bumi, yaitu jarak kelilmg bumi terbesar dan rotasinya tercepat.
Pada saat roket telah mencapai lapisan udara yang sangat tipis, kira-kira pada ketinggian 120 mil (193 km), sistem navigasi roket kemudian menyalakan roket-roket kecil, yang cukup untuk menerbangkan kendaraan pehmcur dalam posisi horizontal. Kemudian satelit dikeluarkan. Pada saat itu roket dinyalakan untuk memastikan pemisahan antara kendaraan peluncur dengan satelit. Sebuah roket harus mempunyai akselerasi hingga minimum 25.039 mph (40.320 kph) untuk melepaskan diri dari gravatasi bumi dan meluncur ke angkasa.
Kecepatan "melepaskan diri" dari bumi harus lebih besar daripada kecepatan yang diperlukan saat pelepasan satelit di orbit. Jika dengan satelit, maka wahana terbang tidak berupaya untuk "melepaskan diri" dari gravitasi bumi tetapi untuk menyeimbangkan kecepatan mengorbit (orbital velocity) yakni kecepatan yang diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan antara daya tarik gravitasi pada satelit dan inersia dari gerakan satelit. Diperkirakan kecepatan orbital ini 17,00 mph (27.359 kph) pada ketinggian 150 mil (242 km). Tanpa gravitasi, inersia dari satelit akan membawanya lepas jauh ke angkasa. Bahkan dengan gravitasi, jika kecepatan satelit terlalu tinggi, ia juga akan terbang jauh. Di sisi lain, jika satelit terlalu lambat, daya tarik gravitasi akan memebawanya kembali ke bumi. Pada kecepatan orbital tertentu gravitasi akan menyeimbangkan gaya inersia dari satelit, menariknya ke arah pusat bumi.
Kecepatan orbital satelit bergantung pada ketinggian bumi. Makin dekat ke bumi, makin besar kecepatan orbital yang diperlukan. Pada ketinggian 124 mil (200km), kecepatan orbital adalah sekira 17.000 mph (27.400 kph). Untuk menjaga ketinggian orbit, yakni 22.223 mil (35.786 km) di atas bumi, satelit harus mengorbit pada kecepatan kira-kira 7.000 mph (11.300 kph). Kecepatan orbit dan jarak tersebut menjadikan satelit memiliki kemampuau untuk berputar dalam 24 jam. Ketika bumi berputar 24 jam, satelit pada ketinggian 22.223 mil menetap pada ketinggian itu dan secara relatif tepat berada pada satu titik di atas permukaan bumi. Nah, istilah yang diberikan pada ketinggian satelit yang menetap pada posisi tersebut sepanjang waktu adalah geostasioner (geostationary). Orbit geostasioner sangat cocok untuk satelit cuaca dan satelit komunikasi.
Semakin tinggi orbit, semakin lama pula satelit dapat tinggal di orbitnya. Pada ketinggian yang lebih rendah, satelit akan menelusuri atmosfer bumi dan hal ini menimbulkan gesekan. Gesekan ini kemudian menimbulkan kerusakan pada satelit hingga satelit kemudian jatuh ke dalam "jebakan" atsnosfer dan terbakar habis. Pada ketinggian yang lebih jauh di mana ruang hampa udara berada kita tidak akan menemukan gesekan dan satelit akan dapat berada di dalam orbitnya selama berabad-abad.
Satelit berada dalam orbit yang berbentuk eliptikal. Stasiun pengendali bumi bertugas mengendalikan motor roket kecil yang berfungsi untuk mengoreksi arah. Tujuannya adalah agar orbit sebisa mungkin tetap berbentuk bundar. Dengan cara menyalakan roket ketika orbit ada di posisi apogee (titik terjauh dan bumi) dan menyalakan mesin pendorong di arah perjalanan, maka perigee (titik terdekat dengan bumi) akan menjauh. Hasilnya adalah orbit yang tetap bundar. [Sumber: Disarikan dari berbagai sumber]
Follow Warta Iptek di Google News
0 Response to "Mengenal Lebih Jauh Satelit"
Posting Komentar
Berilah komentar yang sopan dan konstruktif. Diharap jangan melakukan spam dan menaruh link aktif! Terima kasih.